Posts

Di Tempat yang Sama

-Di Tempat yang Sama- (Based on true story)             Hari ini aku akan bertemu dengan Alan di tempat yang sama seperti dulu. Tepatnya sejak lima tahun sejak kelulusan, aku tidak pernah lagi bertemu dengannya. Sebenarnya aku dan Alan adalah teman biasa yang ada pada lokal yang berbeda saat masih menjadi siswa di salah satu sekolah menengah atas di ibu kota. Namun, karena suatu pengiringan yang terangkai dengan sempurna itu, akhirnya pertemanan kami menjadi luar biasa. Bahkan aku berani mengatakan, hanya akan ada satu atau dua orang yang akan kau temui jika kau bersikeras mencarinya. Ya, karena saat itu aku tak melihatnya sebagai orang yang istimewa, namun di lain sisi, ia menganggap aku adalah orang yang teramat istimewa.             Waktu itu kami kami masih belum mengenal satu sama lain.             Ruangan kelas Alan tepat berada di sebelah kelasku. Hari itu pula, kami semua sudah berada di penghujung semester akhir, dan bersiap untuk menempuh bangku kuliah. B

AYAH, RAMA, AIR

Image
AYAH, RAMA, AIR             Rama memukul dinding kaca toko hingga pecah dengan gelas kaca berisi air minumnya. Berteriak lagi, meracau entah pada siapa. Semua orang panik! Beberapa orang pegawai berusaha menenangkan Rama, tapi nihil! Pak Mat yang sedari tadi memperhatikan apa yang diperbuat Rama hanya bisa diam. Ponsel yang ada di tangannya adalah penghubung kabar yang sangat buruk. Ada telfon dari rumah sakit, istrinya mengalami gagal jantung dan harus segera dioperasi. Pihak rumah sakit hanya meminta persetujuan, tapi pak Mat tak kunjung menjawab.             “Pak Mat! Pak Mat! Pak Mat!”             Semua pegawai bertambah panik. Rama terus memecahkan semua yang ada di toko, termasuk etalase roti siap jual. Rama mengamuk, pelanggan ketakutan lalu pergi dari dari toko begitu saja. Sekarang di dalam toko roti hanya tinggal aku, para pegawai, Rama yang masih mengamuk, dan pak Mat yang terduduk diam di kursi pelanggan.             “Sudah Rama! Hentikan!” Salah seorang pe

FILOSOFI BULAN

F     I    L    O    S    O    F    I B U L A N                 Mobil ambulan terakhir melesat tajam menembus jalanan kota. Seseorang tengah dilarikan cepat ke rumah sakit. Seorang kakek tua berusia hampir seabad penuh. Tatapannya sayu, kulitnya mengeriput cepat, dan bobot tubuhnya semakin berkurang. Ia mudah terombang-ambing karena guncangan mobil ambulan. Tidak hanya itu, semua yang ada juga ikut bergerak sesuai gerakan mobil. Kadang rebah ke kanan saat meliuk ke kiri, kadang juga sebaliknya. Di sisi kiri dan kanan ada dua orang perawat, laki-laki. Mereka berpakaian serba putih dan masker separuh wajah. Di dekat mereka ada seorang gadis kecil yang menangis terisak. Kemudian di sebelah si gadis kecil lagi, ada perempuan paruh baya yang terus berusaha memberikan ketenangan dengan mata sembab memerah. Ia juga tengah menangis.             Malam semakin larut. Jalanan lengang. Sopir ambulan itu cekatan mengtur kecepatan agar tidak meliuk jatuh saat tikungan. Kemudian memil